Maraknya keluhan soal kickoff pertandingan malam dalam Liga 1 Indonesia musim 2022/2023 mendapatkan penjelasan Emtek Grup selaku broadcaster Liga 1 musim ini.

Liga 1 Indonesia musim ini memang berbeda dari musim-musim sebelumnya.  Musim ini banyak laga kick off pukul 20.30 WIB.

Bahkan, di pekan 1 saja misalnya, sudah ada tiga laga yang dimainkan lebih dari pukul 20.00 WIB. Ada laga Bali United Vs Persija, pukul 20.00 WIB/21.00 WITA. Bhayangkara FC Vs Persib Bandung, pukul 20.45 WIB. Dan Persikabo 1973 Vs Persebaya Surabaya, pukul 20.30 WIB.

Situasi serupa akan terus terjadi sepanjang musim 2022/2023. Persija Jakarta menjadi klub paling banyak main malam dengan 27 kali, diikuti Persib dengan 25 kali sebagaimana tercantum di jadwal yang diterbitkan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) yang menyambangi kantor operator kompetisi pada 20 Juli lalu. Tidak lain tujuannya hanya untuk menyampaikan keluhan yang dialamatkan ke PT LIB perihal jadwal tersebut.

Padahal keinginan untuk memainkan pertandingan di malam hari merupakan inisiatif dari broadcaster. Pasalnya, jam tersebut merupakan waktu istirahat yang sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk menikmati waktu santai di depan televisi.

Baca Juga:   Sukses Permalukan Persib Bandung, Pelatih Madura United: Fisik dan Mental Pemain Butuh Istirahat

Menanggapi hal tersebut, Direktur Programming Surya Citra Media (SCM) Harsiwi Achmad mangaku semua kebijakan tersebut telah diputuskan bersama oleh para pemangku kebijakan atas waktu kick off liga 1.

“Kalau menurut saya dalam menayangkan sepakbola ada namanya diskusi bersama antara broadcaster dengan penyelenggara yaitu LIB atau PSSI. Apa yang kami melakukan tak menyalahi apapun dan makanya dalam hal ini PSSI dan PT LIB juga tak mempermasalahkan,” kata Harsiwi kepada wartawan.

Harsiwi menegaskan, semua keputusan tersebut adalah demi memajukan industri sepak bola.

“Karena memang harus diskusi. Karena industri sepakbola harus maju bersama, saling menyesuaikan. Kami di TV juga harus menyesuaikan dengan aturan yang ada. Tapi, LIB dan PSSI harus bersama-sama. Saya ambil contoh World Cup (2022) kapan? Juni kan? Kenapa Sekarang jadi Desember?” ujarnya.

Harsiwi menjelaskan bahwa Qatar selaku tuan rumah harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di negara tersebut sekaligus untuk hitung-hitungan hasil yang mungkin diperoleh.

“Karena di Qatar itu Juni panas makanya Desember. Seluruh sistem sepakbola dunia harus melakukan perombakan. Karena Piala Dunia ini dibiayai oleh Qatar, negara penyelenggara. Jadi negara penyelenggara harus dapat benefit,” katanya lagi

Baca Juga:   Berikan Penalti untuk Madura United Saat Kalahkan Persib: Wasit Ini Terancam Diistirahatkan PSSI

Lebih lanjut Harsiwi menjelaskan, dalam mengembangkan industri harus dilakukan bersama-sama. Demikian juga dengan yang terjadi di Piala Dunia Qatar ataupun jam malam di Liga 1.

Demikian juga dengan sepak bola Eropa yang harus menyesuaikan dengan waktu Cina. Menurutnya hal terpenting dalam penyelenggaraan olahraga adalah tidak menyalahi aturan kesehatan bagi atlet yang berkompetisi.

“Jadi Liga 1 tayang 20.30 WIB, itu tak menyalahi apa-apa, masih oke, masih boleh secara kesehatan. Jadi apa yang dilakukan PSSI dan LIB tak apa apa. Kan boleh. Kecuali puasa main setelah buka puasa. Nanti bisa sakit perut. Itu gak boleh. Maka terjadi diskusi antara pihak broadcaster yang membeli right untuk itu ke PSSI dan LIB,” ucap Harsiwi.

Harsiwi juga menjelaskan pemilihan jam 20.30 sebagai penyesuaian terhadap jadwal pertandingan dan komunitas muslim yang merupakan masyarakat dominan di Indonesia.

“Kenapa 20.30? Salah satunya harus menyesuaikan jadwal pertandingan. Yang kedua kita negara muslim, kami ingin memberikan waktu penonton sholat dulu. Lalu, jam 7 (pukul 19.00) dan 8 (pukul 20.00) di sekitar lapangan ada yang suara suara masjid atau azan. Nah itu merupakan pertimbangannya juga. Intinya kalau tidak menyalahi aturan kesehatan tak masalah. Saya rasa penonton paham yak,” tuturnya.

Baca Juga:   Targetkan Kembali Cleen Sheet Saat Lawan Persib, Kiper Madura United: Bukan Hal Mudah!

Sebenarnya bukan hanya masalah kickoff saya yang menjadi keluhan. Kualitas tayangan Liga 1 maupun Liga 2 dinilai kurang baik, ada yang menilai belum high definition (HD).

Keluhan tersebut banyak berseliweran di media sosial dan diperbandingkan dengan kualitas siaran dari broadcaster lama.

“Saya mau tanya. Nah itu jangan termakan dulu, karena sosmed belum tentu real. Tolong dicek dulu. Jangan berburuk sangka dulu, tonton dulu,” ujar Harsiwi menjawab kritikan kualitas tayangan Liga 1.

Harsiwi tetap bersikukuh untuk terus memberikan pelayanan terbaik dalam tayangan sepak bola. Pihaknya berjanji akan terus melakukan evaluasi untuk lebih baik kedepannya.

“Sekarang kami punya terobosan slow motion, yang baik akan kami lanjutkan. Hal yang kurang kami perbaiki dan tingkatkan terhadap diri sendiri, PSSI, LIB, dan yang produksi tayangan sepakbola. Bahkan, penerimaan gambar kami jadikan evaluasi terus agar kelihatan keren,” ucapnya

(Editor/Fathur Rozi)

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan