Tiongkok mengecam sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Inggris dan Uni Eropa terhadap Rusia, dan menyalahkan AS serta sekutunya.

Tidak main-main, Tiongkok mengecam untuk memblokir tayangan televisi Premier League akhir pekan ini setelah adanya rencana liga Inggris tersebut untuk lakukan aksi solidaritas untuk Ukraina.

Kompetisi kasta tertinggi di Inggris tersebut memang memiliki agenda untuk menggelar aksi resmi guna menunjukkan dukungan mereka terhadap Ukraina setelah negara tersebut diinvasi oleh Rusia.

Dalam aksi tersebut, Premier League rencananya akan membuat ban kapten khusus dengan warna bendera Ukraina yang akan digunakan oleh semua kapten yang bertanding.

Bukan hanya itu, semua yang ada di stadion nantinya akan mengheningkan cipta terlebih dahulu sebelum kick-off pertandingan dilakukan, hal ini menjadi bentuk solidaritas yang dilakukan EPL.

Selain itu, layar-layar di stadion akan menampilkan tulisan “Football Stand Together” dengan latar belakang biru dan kuning, sesuai dengan warna bendera Ukraina.

Pesan itu akan ditampilkan ke para penggemar Liga Primer di seluruh dunia melalui tayangan televisi dan digital. Logo dan profil pada platform tersebut juga akan diubah untuk mewakili warna bendera Ukraina.

Premier League sendiri menolak keras tindakan dari Rusia yang menyerang Ukraina dan memberi dukungan bagi semua rkayat Ukraina.

“Liga Primer dan klub-klub kami dengan sepenuh hati menolak tindakan Rusia dan akan menunjukkan dukungan untuk rakyat Ukraina di semua pertandingan akhir pekan ini,” demikian bunyi pernyataan dari Liga Primer.

“Kami menyerukan perdamaian dan seluruh pikiran kami tertuju pada semua orang yang terkena dampak.”

Namun Tiongkok nampaknya tidak satu paham dengan Premier League, Tiongkok mengecam tidak akan menayangkan Premier League di negaranya selama aksi itu berlangsung.

Seperti pertama kali dilaporkan oleh BBC, rencana Liga Primer untuk menunjukkan solidaritas terhadap Ukraina mendapat tanggapan negatif dari Tiongkok.

Tiongkok telah mengecam sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Inggris dan Uni Eropa terhadap Rusia, dan menyalahkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya karena karena memprovokasi negara yang berpusat di Moskwa tersebut.

Menurut goal.com aksi ini disinyalir merupakan bentuk dukungan lebih lanjut dari pemerintah Tiongkok kepada rezim presiden Vladimir Putin.

(Editor/Gamin Min)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan