Sepakbola beberapa tahun terakhir sudah menjadi lahan industri karena olahraga tersebut banyak diminati oleh masyarakat umum.

Sepak bola tidak hanya sebagai olahraga kalangan level atas akan tetapi sudah menyentuh ke semua lapisan masyarakat baik yang ada di desa maupun di kota kota besar semuanya menganal olahraga yang satu ini.

Sehingga bila berkaca ke persepakbolaan di benua Eropa, olahraga ini tidak lagi hanya sebatas kesenangan melainkan sudah masuk pada ranah industri. Tidak sedikit investor kelas kakap yang memiliki bertumpuk tumpuk cuan menyalurkan dananya untuk berinvestasi di bidang ini.

Itu yang nampak pada perkembangan sepak bola di benua Eropa, bagaimana dengan Asia terlebih di Indonesia?

Khusus untuk pesepakbola  indonesia kesan industri pada dunia ini masih dibilang belum dan mungkin masih sangat jauh.

Hal itu diungkapkan Arief Putra Wicaksono, selaku CEO dari Nine Sport, promotor yang bergerak di bisnis sepakbola.

Salah satu faktor sepak bola Indonesia belum masuk pada kategori sebuah industri karena banyaknya persoalan yang melanda. Permasalahan tersebut sangat begitu kompleks mulai dari hulu sampai ke hilir.

“Dari kacamata saya sepakbola itu alat politik. Sampai 2004 Berlusconi saja menjadi Perdana Menteri (Italia), Presiden AC Milan, pemilik AC Milan. Di kita 2012 baru ada aturan larangan penggunaan APBD. Nah tapi kan perubahan sepakbola menjadi industri di Eropa mungkin mudah,” kata Arief saat berbincang dengan detikSport.

“Di Indonesia kita susah. Di rangking FIFA saja kita di urutan 100-an. Sedangkan untuk mengubah APBD menjadi industri itu kan butuh daya beli untuk sponsor, tiket, sponsor di tv juga mau jualan ujung-ujungnya. Orang selalu bilang sepakbola Indonesia hanya ramai, tapi tak pernah likuid,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga:   Tekad Indra Sjafri Bangkitkan Sepak Bola Indonesia dari Keterpurukan Lewat SEA Games 2023

“Makanya dari 2011 sampai sekarang sepakbola kita belum maju-maju, karena ada saja yang disalahkan. Ada pergantian ketua (PSSI) lah, ada komite penyelamat. Bukan salah orangnya, tapi ada missing link yang belum disambungkan,” ucapnya.

Namun potensi itu masih tetap terbuka lebar karena persepakbolaan Indonesia punya potensi besar untuk itu.

Arief meyakini Indonesia punya potensi besar, makanya ia konsisten untuk terus menggarap bisnis ini bertahun-tahun.

(Editor/Fathur Rozi)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan