Timnas indonesia akan menjalani ajang piala AFF pada akhir tahun ini bila tidak ada kendala, Indonesia akan menjamu Kamboja dan Thailand sebagai tuan rumah pada penyisihan grup.

Namun, PSSI belum menentukan stadion yang akan menjadi basecame timnas pasca Stadion Utama Gelora Bung Karno tidak diizinkan oleh FIFA karena sedang disetrilkan untuk persiapan Piala Dunia U-20 bersama dengan stadion yang sudah ditinjau oleh FIFA.

“Sejak November ini (GBK tidak boleh digunakan … termasuk klub Liga 1 juga tidak bisa memakai, fokus pembenahan persiapan Piala Dunia (U-20),” ucap sekjen PSSI dikutip dari Bolanas com.

Lalu dimanakah timnas akan menjamu lawan lawannya nanti sekaligus menjadi base came pada perhelatan turnamen ini?

Bila melihat dari Kapasitas dan geografi stadion maka Jakarta international stadium (JIS) merupakan opsi logis sebagai pengganti sementara dari SUGBK.

Namun mungkinkan JIS akan dipilih oleh PSSI?

Melihat dari isu sebelumnya, PSSI tidak memasukan stadion ini sebagai salah satu yang rekomendad pasalnya menurut organisasi tersebut JIS tidak memenuhi standar FIFA. Kok bisa?

JIS masih kalah pemenuhan standar menurut PSSI dibandingkan dua stadion lainnya seperti seperti Pakansari atau Patriot Candrabhaga karena tidak terdapat lintasan atletik dan jarak tribun dengan stadion terlalu dekat.

Benarkah JIS tidak memenuhi standar FIFA?

Menanggapi isu tersebut, Pihak Jakpro selaku pemilik JIS juga pernah menyatakan stadion di Jakarta Utara itu telah memenuhi standar FIFA.

“JIS dirancang oleh Buro Happold, konsultan perencana dari Inggris yang memiliki pengalaman internasional, seperti (merancang) Tottenham Hotspur Stadium,” demikian pernyataan Jakpro (9/9/2022).

“Artinya dari aspek perencanaan dan pembangunan, JIS sudah memenuhi dengan standar yang ditentukan FIFA,” tegas pihak Jakpro di paragraf penutup.

Lantas siapa yg benar? Entahlah tapi rakyat Indonesia berharap dalam pemilihan stadion nantinya tidak ada unsur politik di dalamnya karena seluruh suporter sudah muak dengan isu PSSI sekarang mulai dari kekisruhan, KLB, penundaan Liga, format baru kompetisi dan yang lainnya. Publik membutuhkan Prestasi bukan lagi perebutan nama apalagi kepentingan golongan tertentu demi 2024.

(Editor/Fathur Rozi)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan