Coach Bima Sakti Sebut Pemain Timnas U-16 Sering Bersedih, Ini Sebabnya…

Pelatih timnas Indonesia u16 Bima Sakti/Beritasatu.com

Pelatih tim nasional sepak bola Indonesia U-16, Bima Sakti Tukiman mengatakan para pemainnya suka bersedih ketika sedang santai dan tidak melakukan latihan.

Saat dikarantina selama turnamen AFF U-16 2022 ini, hal yang selalu membuat para pemainnya sedih saat ingat dan merindukan orang tua dan keluarganya.

“Kalau saya sudah bicara dengan mereka, begitu tanya pekerjaan orang tua sudah pada sedih semua,” kata Bima Sakti saat ditemui awak media setelah timnas Indonesia menjalani latihan di Stadion UNY Yogyakarta, Selasa (2/8) pagi.

Bima menegaskan para pemainnya termotivasi untuk memberikan kebahagiaan untuk kedua orang tuanya yang memang rata-rata dari kelas menengah ke bawah. Menurutnya, kuat Garuda Asia bertekad untuk menjadi pemain profesional demi memberi kehidupan yang lebih layak untuk orang tuanya.

“Karena memang mohon maaf rata-rata mereka ingin membahagiakan orangtuanya, mereka semua ingin membahagiakan kedua orang tua mereka,” imbuhnya.

Bima Sakti menegaskan faktor usia para pemainnya yang masih sangat belia merupakan salah satu faktor yang membuat mereka masih sangat membutuhkan keberadaan orang tua.

Atas dasar itulah, Bima Sakti harus bisa memainkan peran sebagai dasar pengganti dari keluarga inti pemain untuk setidaknya menjadi pelipur lara dari kesedihan anak asuhnya.

“Saya menempatkan diri sebagai pelatih, sebagai ayah mereka, sebagai kakak mereka, bahkan bisa sejajar seperti teman. Kadang mereka curhat juga, kangen sama orangtua,” ujarnya.

Baca Juga:   Sebut Keputusan Wasit Merugikan Timnya, Pelatih Vietnam: Kami Kehilangan Kesempatan !

Salah satu ritual wajib yang dilakukan oleh semua pemain adalah menempel foto-foto orang tua mereka. Dan sebelum masuk ke lapangan untuk bertanding, para pemain akan menatap wajah orangtua masing-masing untuk mengobati rasa kangen sekaligus memotivasi mereka supaya bermain lebih semangat.

“Walaupun tidak hadir secara fisik, tapi insyaallah orang tua mereka pasti akan bangga dan mendoakan mereka,” kata Bima Sakti.

Pada usianya yang masih sangat belia, mental para pemain cenderung tidak stabil dan mudah terpengaruh.

“Mental para pemain masih sangat dinamis, kadang naik dan kadang turun,” imbuhnya.

Baca Juga:   Hancurkan Singapura U-16 9-0, Garuda Asia Kudeta Vietnam dari Puncak Klasemen Grup A

Atas dasar itulah, mantan pemain timnas era 90-an itu menerapkan sejumlah aturan yang jelas untuk melatih mental dan kedisiplinan. Diantaranya, aturan tentang seragam, keterlambatan kehadiran, hingga masalah ibadah.

“Kita bikin aturan siapa yang enggak salat, kita potong jajannya Rp 100 ribu, kalau terlambat kita potong Rp 50 ribu, kalau enggak seragam itu Rp 50 ribu,” lanjutnya.

Bima Sakti menegaskan, aturan tersebut dibuat untuk membuat mereka semakin kompak sebagai tim dan memiliki tanggung jawab yang sama untuk kesuksesan bersama.

“Jadi kita belajar disiplin dari hal yang kecil, karena kita itu tim, kalau ada yang salah satu itu kena semua,” tegasnya.

(Editor/Fathur Rozi)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan