Piala Dunia 2022 Qatar resmi digelar. Hal tersebut ditandai dengan acara pembukaan di Stadion Al Bayt, Al Khor Minggu (20/11) malam WIB.

Dalam upacara pembukaan, kumandang ayat suci Al Quran tentang keberagaman manusia seperti jadi fondasi Piala Dunia kali ini.

Piala Dunia 2022 Qatar dibuka Stadion berkapasitas 60 ribu tempat duduk itu terlihat penuh dalam upacara pembukaannya.

Acara tersebut dipimpin oleh dua orang narator, Morgan Freeman dan penyandang disabilitas Ghanim Muftah.

Mereka berdua berbicara tentang keragaman manusia dari berbagai budaya di belahan dunia. Morgan Freeman mulanya tampak seperti kebingungan ketika mendaratkan kakinya di Qatar, di dunia yang baru baginya.

Baca Juga:   Sebut Piala Dunia 2022 Mungkin Turnamen Terakhir, Neymar Pensiun dari Tim Samba?

“Saya mendengar sesuatu yang indah. Bukan hanya musik, tapi juga perayaan ini. Ini semua sangat baru,” ujarnya.

Saat itulah, Ghanim masuk dan kemudian melantunkan potongan ayat suci Al Quran surat Al-Hujurat ayat ke-13 dengan indah.

‘Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ’

Baca Juga:   Rilis Skuad Timnas Maroko untuk Piala Dunia 2022 Qatar: Ziyech Is Back

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal,” ujarnya mengartikan ayat tersebut.

Ayat tersebut memang merupakan salah satu pedoman konkrit terkait sisi sosial kemanusiaan.

Secara tegas dalam ayat itu dijelaskan bahwa manusia itu memiliki kesamaan dan hanya dibedakan dengan ketakwaannya saja.

Morgan Freeman menegaskan bahwa ayat tersebut juga berarti siapapun boleh datang ke kantor untuk bersama-sama menjadi saksi Piala Dunia 2022.

“Ini adalah undangan untuk seluruh dunia dan semua orang diterima di sini,” kata Morgan Freeman.

Baca Juga:   Tanya Jawab Netizen Tentang Piala Dunia: Tim Asia Pertama Kali Tampil Dalam Piala Dunia? FIFA: Indonesia

Dia kemudian melihat bangsa-bangsa yang sudah mulai terpisah dan terbagi-bagi karena keterbatasan manusia dalam melihat sisi lain dari bangsa-bangsa untuk bisa menyatukan Mereka dalam satu bingkai kebersamaan.

“Alih-alih melihat sisi yang lain, kami mengabaikannya dan menuntut sisi kami sendiri, sekarang dunia terasa semakin jauh dan terbagi. Bagaimana bisa begitu banyak negara, bahasa, dan budaya bersatu jika hanya terus melihatnya dari satu sisi,” sambungnya.

(Editor/Fathur Rozi)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan